BAB 3
PERJUANGAN
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA
A. Faktor-faktor
Penyebab Terjadinya Konflik Antara Indonesia-Belanda.
1. Kedatangan
Tentara Sekutu.
Pada
bulan September 1945, pasukan khusus Sekutu yg dinamakan AFNEI (Allied Forces
Netherlands East Indies) dipimpin Letnan Jendral Sir Philip Cristison mendarat
di Tanjung Priok, Jakarta.
Tugas AFNEI di Indonesia
adalah :
- Menerima penyerahan kekuasaan dari Jepang.
- Membebaskan tawanan perang dan
interniran Sekutu.
- Melucuti dan memulangkan
tentara Jepang
- Menegakkan dan mempertahankan
keadaan damai
- Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan
menuntutnya di pengadilan Sekutu.
Pada mulanya kedatangan Sekutu disambut gembira bahkan presiden
memerintahkan agar seluruh rakyat membantu tugas Sekutu. Namun setelah
mengetahui Sekutu diboncengi NICA (Netherlands Indies Civil Administration)
yang dipimpin oleh Van der Plass, maka sikap rakyat menjadi berubah.
2. Adanya keinginan
Pemerintah Kolonial Belanda Menjajah kembali Indonesia.
NICA hendak menegakkan kembali pemerintahan Hindia Belanda dan
tidak mau mengakui kemerdekaan RI. NICA,KNIL dan bekas pasukan Jepang yang
dipersenjatai Sekutu telah memancing kerusuhan di daerah yang didatangi.
Akibatnya terjadilah perlawanan rakyat di berbagai daerah. Hal ini disadari
oleh Christison, maka tanggal 1 Oktober 1945 ia mengakui kedaulatan de facto
atas RI. Sekutu tidak akan mencampuri persoalan yang menyangkut status ketaatan
negara Indonesia.
Namun kenyataannya pasukan Sekutu tidak menghormati kedaulatan RI.
B. Perjuangan Rakyat dan Pemerintah di Berbagai
Daerah Dalam Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.
1. Pertempuran 10
November di Surabaya
Pada tanggal 28 Oktober 1945 terjadi insiden di Bank Internasional
Jembatan Merah Surabaya yang menewas kanBrigjend. Mallaby. Sekutu meminta agar
pembunuh Mallaby menyerahkan diri.
Tanggal 9 November 1945 Sekutu mengeluarkan ultimatum yang memerintahkan
agar semua pimpinan dan orang indoneia yang bersenjata harus melapor dan
meletakkan senjatanya di tempat yang telah ditentukan. Meraka harus menyerahkan
diri dan mengangkat tangan.
Batas waktu ultimatum adalah pukul 06.00
tanggal 10 November 1945. rakyat dipimpin gubernur Soeroyo menolak
ultimatum tersebut, akibatnya Surabaya
digempur dari darat, laut dan udara. Bung Tomo membakar semangat pejuang dengan
pidato-pidatonya lewat stasiun radio di jalan Mawar Nomor 4 Surabaya.
Pertempuran
terakhir terjadi di Gunung Sari tanggal 28 November 1945, untuk mengenang
kepahlawanan rakyat Surabaya
maka tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.
2. Bandung Lautan Api (23 Maret 1946)
Tanggal
29 Oktober 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum agar TKR meningggalkan kota Bandung
bagian Utara. TKR di bawah pimpinan Aruji Kartawinata menolak ultimatum
tersebut.
Tanggal
23 Maret 1946 Sekutu mengeluarkan ultimatum II yang menuntut agar TKR
meninggalkan seluruh Bandung.
Oleh karena itu mantaati instruksi pemerintah pusat maka TKR meninggalkan Bandung sambil membumihanguskan kota
Bandung bagian
Selatan. Tujuannya agar sekutu mengalami kesulitan akomodasi dan logistik.
3. Peristiwa Palagan
Ambarawa (21 November – 15 Desember 1945)
Pertempuran
terjadi karena Sekutu secara sepihak membebaskan tawanan Belanda di Magelang
dan Ambarawa. Pada tanggal 12 – 15 Desember 1945, TKR melancarkan serangan
serempak di bawah pimpinan Kolonel Sudirman dan berhasil memaksa Sekutu
(Inggris) mundur ke Semarang.
Peristiwa ini diperingati setiap tanggal 15 Desember sebagai Hari Infanteri.
4. Pertempuran Medan
Area (10 Desember 1945)
Pasukan
Sekutu dipimpin T.E.D. Kelly tiba di Medan
tanggal 9 Oktober 1945. sebagai batas kekuasaan, Sekutu memasang papan pembatas
yang bertuliskan FIXED BOUNDARES MEDAN AREA dan pada tanggal 10 Desember 1945
melancarkan operasi militer besar-besaran.
Meskipun seluruh Medan berhasil dikuasai Sekutu, namun
perlawanan TKR bersama rakyat tidak padam. Para
pejuang membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area yang berhasil
menekan pertahanan Sekutu.
5. Peristiwa Merah
Putih di Manado
(14 Februari 1946)
Timbulnya
perlawanan dikarenakan Sekutu melarang rakyat mengibarkan bendera Merah Putih.
Kemudian TKR dan eks anggota KNIL pro RI menyerbu tangsi Teting dan mengambil
bendera Belanda, merobek warna birunya, kemudian mengibarkannya sebagai bendera
Merah Putih.
6. Perisiwa Merah
Putih di Biak, Papua (14 Maret 1948)
Pada
tanggal 14 Maret 1948 rakyat menyerbu tangsi Belanda di Sorido dan Biak. Selanjutnya para pemuda dipimpin oleh Yoseph
mencoba mengibarkan Sang Merah Putih di seluruh Biak.
7. Perang Puputan
Margarana di Bali (18 November 1946)
Belanda
tiba di Bali tanggal 2 Maret 1946. tujuannya
untuk membentuk Negara Indonesia Timur (NIT) dengan mengajak kerjasama I Gusti
Ngurah Rai. Namun I Gusti Ngurah Rai menolaknya, karena Bali tidak menjadi
bagian negara Republik Indonesia.
Pada tanggal 18 November 1946 I Gusti Ngurah Rai dengan pasukan Ciung Wanara
mengobarkan perang “Puputan” artinya sampai tetes darah penghabisan di desa
Margarana
8. Pertempuran di
Sulawesi Selatan.
Tanggal
25 Desember 1946 pasukan Belanda dipimpin Kapten Raymond Westerling membunuh
ribuan rakyat di Sulawesi Selatan. Pembantaian itu dilakukan setelah terjadi
pertempuran dengan pasukan “Harimau Indonesia” yang dipimpin Wolter
Mongunsidi di Barombong tanggal 3 November 1946. setelah diadakan KMB, Belanda
menghukum mati Robert Wolter Monginsidi mengumandangkan semboyannya yang terkenal
yaitu “Setia hingga terakhir dalam keyakinan”.
9. Pertempuran Empat
Hari di Surakarta
(7 – 10 Agustus 1949)
TRI
dipimpin oleh Letkol Slamet Riyadi menghadapi pasukan Belanda yang mengadakan
tekanan militer di Surakarka (Solo). Peristiwa ini dikenal dengan pertempuran
empat hari di Solo.
10. Pertempuran Laut
di Teluk Cirebon
(5 januari 1947)
Pertempuran
laut ini terjadi setelah kapal perang Belanda menyerang iring-iringan kapal RI
yang kembali dari latihan bersama (AD dan AL). dalam hal ini kapal Belanda berhasil
menenggelamkan KRI Gajah Mada yang dipimpin oleh Letnan Samadikun.
C. Perjuangan Diplomasi Indonesia Dalam Rangka
Mempertahankan Kemerdekaan.
1. Perundingan di Jakarta, 7 Oktober 1946.
Ditandatangani
oleh Lord Killern, Prof. Schermerhorn dan Perdana Menteri Sutan Syahrir dengan
dua keputusan penting yaitu :
1)
Diberlakukannya gencatan senjata antara Indonesia, Belanda dan inggris
2)
Dibentuk komisi bersama untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata
Atas
dasar perundingan tersebut maka pasukan Inggris dan Australia ditarik secara
berangsur-angsur. Pada akhir tahun 1946, seluruh pasukan sekutu meninggalkan Indonesia.
2. Perundingan Linggarjati, 25 Maret 1947
Sejak
tanggal 10 November 1946, di Linggarjati(dekat Cirebon) dilangsungkan perundingan Indonesia
Belanda. Setelah melalui perdebatan sengit di dalam KNIP akhirnya persetujuan
Linggarjati ditandatangani di Istana Rijswijk
(Istana Merdeka) Jakarta
tanggal 25 Maret 1947. delegasi RI dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir,
delegasi belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn, Lord Killern sebagai
penengah.
Pokok-pokok perundingan Linggarjati adalah :
1) Belanda mengakui kedaulatan de facto negara RI atas
Sumatera, Jawa dan Madura.
2) RI dan Belanda akan bekerjasama membentuk Negara Indonesia Serikat (NIS) dan RI sebagai salah satu bagiannya.
3) Negara Indonesia
Serikat dan Belanda akan bersatu menjadi Uni Indonesia Belanda dengan Ratu
Belanda sebagai Ketua Uni.
Hasil
perundingan Linggarjati disikapi pro dan kontra. Kelompok yang pro merasa puas
kedaulatan Indonesia
diakui dunia, meskipun hanya meliputi Sumatera, Jawa dan Madura. Sedangkan
pihak yang kontra tetap mengusahakan agar Belanda mengakui RI secara utuh.
Perbedaan pendapat tersebut mencapai puncaknya setelah PM Sutan Syahrir diganti
oleh Kabinet Amir Syarifuddin.
Arti
penting perundingan Linggarjati bagi RI adalah dapat memperkokoh kedudukan Indonesia
dalam percaturan politik dunia. Beberapa negara segera menyampaikan pengakuan
atas kedaulatan RI. Pada tahun 1974 Mesir menjadi negara pertama yang mengakui
kedaulatan RI disusul Inggris, Amerika Serikat, Negara-negara Arab dan
lain-lain.
·
Agresi Militer
Belanda I, 21 Juli 1947
Pada
tanggal 15 Juli 1947 Belanda menyampaikan tuntutan akan adanya gendarmerie
bersama dan meminta agar RI menghentikan permusuhan. Kemudian disusul dengan
ultimatum bahwa dalam waktu 32 jam RI harus menjawabnya. Oleh karena ultimatum
ditolak maka pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan serangan serentak di
daerah RI yang disebut Agresi Militer Belanda I.
Sasarannya
adalah :
-
Mengepung ibukota dan penghapusan de facto RI.
-
Menguasai daerah beras di Jawa Barat dan Jawa Timur serta daerah
perkebunan di Sumatera.
-
Menghancurkan TNI.
Untuk
menghadapi Belanda, TNI membangun daerah-daerah pertahanan baru menggunakan
sistem Wehrkreise (lingkaran pertahanan dan melancarkan serangan gerilya).
Akibatnya kekuasaan dan gerakan Belanda hanya
terbatas di kota-kota besar. Perjuangan Bangsa Indonesia mendapat simpati dunia
internasional.
-
Palang Merah Malaya membantu obat-obatan yang diangkut dengan pesawat
Dakota VT-CLA. Setibanya di Yogyakarta ditembak jatuh Belanda mengakibatkan
gugurnya Komodor Muda Udara Adi Sucipto, Abdur Rahman Saleh dan Adi Sumarno.
-
India membantu
obat-obatan dan tenaga dokter, bahkan melatih para penerbang Indonesia.
-
India dan Australia mengusulkan agar masalah Indonesia
dibahas dalam Sidang Dewan Keamanan PBB. Akhinya tanggal 1 Agustus 1947, PBB
mengeluarkan resolusi gencatan senjata.
Pada
kenyataannya setelah ada gencatan senjata Belanda masih berusaha memperluas
wilayahnya. Batas terakhir perluasan wilayah yang dikuasainya itu dituntut
sebagai garis demarkasi Van Mook yaitu garis yang menghubungkan dua daerah
terdepan yang dikuasai Belanda.
Komisi
Konsuler PBB beranggotakan Cina, Belgia, Perancis, Inggris dan Australia
yang diketuai oleh Dr. Walter Foote dari Amerika Serikat. Komisi ini bertugas
mengawasi pelaksanaak gencatan senjata dan melaporkan kepada PBB bahwa sampai
tanggal 4 Agustus 1947 pasukan Belanda masih mengadakan gerakan-gerakan
militer.
Pada
tanggal 11 Agustus 1947 utusan RI di PBB yaitu Sutan Syahrir, H.A. Salim dan
kawan-kawan melaporkan tindakan Belanda.
Atas
usul Amerika Serikat DK PBB membentuk Komisi Jasa Baik yang beranggotakan tiga
negara, maka dinamakan Komisi Tiga Negara (KTN) terdiri atas:
-
Australia diwakili Richard
Kirby atas pilihan Indonesia.
-
Belgia diwakili Paul Van Zeeland atas pilihan Belanda.
-
Amerika Serikat diwakili Frank Graham dipilih oleh Australia dan Belgia.
Tugas
KTN adalah membantu menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda secara damai.
Dalam masalah militer KTN akan mengambil inisiatif, namun untuk masalah politik
KTN hanya memberikan saran dan usul.
3. Perundingan Renville, 17 Januari 1948
Untuk mengakhiri
Agresi Belanda I, maka diadakan perundingan di atas geladak kapal “USS
Rencille” milik Amerika Serikat yang sedang berlabuh di Teluk Jakarta. Perundingan dimulai tanggal 8
Desember 1947 dan berakhir tanggal 17 Januari 1948. Ditandatangani oleh Mr.
Amir Syarifudin dan Abdul Kadir Widjojoatmodjo. Isi penting perundingan
Renville adalah :
1) Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia.
2) RIS sejajar Belanda dalam Uni Indonesia-Belanda
3) RI merupakan bagian RIS
4) daerah RI yang diduduki Belanda sebagai hasil
Agresi I harus diakui sebagai daerah pendudukan Belanda. Diakuti pula “garis
Van Mook”
5) Pasukan TNI di daerah kantong di Jawa Barat dan
Jawa Timur harus ditarik ke daerah RI.
Pengertian
daerah kantong adalah semula daerah gerilya TNI tetapi berada di belakan Van
Mook
Akibat perundingan Renville adalah :
-
Wilayah RI semakin sempit
-
Kabinet Amir Syarifudin jatuh dan diganti dengan Kabinet Hatta.
-
Beban pemerintah RI makin berat karena dengan wilayah yang sempit harus
menangung banyak penduduk
§ Agresi Militer Belanda II,19 Desember 1948
Pada
tanggal 18 Desember 1948, Dr. Beel mengumumkan bahwa Belanda tidak terikat lagi
dengan isi perundingan Renville. Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda
melancarkan Agresi Militer II, tujuannya untuk menguasai Yogyakarta.
Belanda
berhasil melawan Presiden dan para Pemimpin RI Sebelum tertangkap presiden
memimpin Sidang Kabinet dan memutuskan :
Presiden
telah memberi mandat kepada menteri Syarifudin Prawiranegara untuk membentuk
Pemerintah Darurat Indonesia ( PDRI ) di Bukittinggi. Apabila gagal pembentukan
DPRI diberikan kepada L. N. Palar, A. A Maramis dan Dr. Sudarsono di India.
Presiden
dan Wakil Presiden tetap di Yogyakarta agar
tetap dekat dengan KTN dengan resiko ditawan Belanda. Pimpinan TNI akan
menyingkir ke luar kota
untuk bergerilya.
Jendral
Sudirman memimpin gerila, dalam waktu satu bulan berhasil melancarkan serangan
balasan. Sasaran utamanya adalah :
-
Memutuskan jalur-jalur komunikasi
-
Menghadang konvoi amunisi dan logistik.
Para pelajar dan mahasiswa membenuk kesatuan-kesatuan
Tentara Pelajar seperti Tentara Pelajar (TP), Tentara Republik Indonesia
Pelajar (TRIP), Tentara Genie Pelajar (TGP). Ketiganya bergabung dalam Brigade
17 TNI.
Pemimpin
TNI mengeluarkan Surap Perintah Siasat No. 1 tahun 1948 isinya memerintahkan
agar TNI mengadakan penyusupan ke daerah yang diduduki Belanda. Atas dasar itu
pasukan Siliwangi yang dulu hijrah ke Yogyakarta,
kembali menyusup ke daerah Belanda di Jawa Barat (Long March).
Reaksi
dari dalam maupun dari Luar Negeri :
1.
Dari Dalam Negeri
a. Negara Pasundan
membubarkan kabinetnya
b.Negara Indonesia Timur (NIT) membubarkan diri
c. RI melaporkan kepada
Dewan Keamanan PBB.
2.
Dari Luar Negeri
a. Sri Langka, India dan Pakistan melarang Kapal Perang dan
pesawat Belanda melewati negaranya.
b.India memprakarsai
deselenggarakannya Konfrensi Antar Negara Asia tanggal 20 Januari 1949, yang
menghasilkan Resolusi New Delhi. Atas dasar Resolusi tersebut maka tanggal 28
Januari 1949 DK PBB memerintahkan Belanda agar menghentikan Agresinya.
§ Serangan Umum 1 Maret 1949
Atas
kerjasama Sri Sultan HB IX dengan Letkol Soeharto maka TNI melancarkan serangan
besar-besaran ke Yogyakarta yang dinamakan
Serangan Umum 1 Maret 1949/Serangan Janur Kuning/ Serangan Fajar/Pendudukan 6
jam di Yogyakarta.
Tujuannya
untuk membantah pernyataan Belanda bahwa TNI sudah tidak memiliki kekuatan
lagi.
Serangan
dilancarkan pada pukul 06.00 bersamaan dengan dibunyikannya sirine tanda jam
malam berakhir. Tepat pukul 12.00 TNI ditarik mundur. Arti penting serangan
umum 1 maret 1949 adalah:
1.
Meningkatkan semangat rakyat dan TNI yang sedang bergerilya.
2.
Mendukung perjuangan diplomasi.
3.
Menunjukkan kepada dunia bahwa TNI masih kuat
4.
Mematahkan semangat pasukan Belanda.
4. Perundingan Roem-Royen, 7 Mei 1949
Banyaknya
kecaman dari dalam maupun luar negeri menyebabkan Belanda bersedia mentaati
Resolusi DK PBB untuk menghentikan Agresinya. PBB membentuk United Nation
Commision for Indonesia (UNCI).
Pada tanggal 7 Mei 1949 Mr. Moh. Roem dan
Dr. Van Royen menandatangani persetujuan yang berisi :
1) Belanda mengembalikan pemerintah RI ke Yogyakarta
2) Pembebasan para pemimpin RI.
3) Segera diadakan KMB di Den Haag.
Meskipun
telah dicapai kesepakatan, namun TNI diingatkan agar tetap waspada karena
Belanda selalu mengingkarinya. Hal ini terbukti dengan terjadinya tekanan
Militer ke daerah-daerah yang baru ditempati pasukan Belanda. Pada tanggal 6
Juli 1949 presiden dan para pemimpin RI kembali ke Yogyakarta.
5. Konferensi Inter Indonesia (KII)
Sebelum
KMB dilaksanakan, RI mengadakan Konferensi dengan Negara-negara BFO (Bijeen
konst voor Federal Overleg). BFO merupakan negara-negara boneka bentukan
Belanda yang tidak menyetujui Agresi Belanda II. Tujuan KII adalah untuk
menyatukan pendapat dalam menghadapi KMB, KII diselenggarakan 2 tahap yaitu :
-
Tahap I : tanggal 19 – 22 Juli
1949 di Yogyakarta.
-
Tahap II : tanggal 30 Juli 1949 di
Jakarta.
Salah
satu keputusan penting KII adalah BFO mendukung tuntutan RI atas pengakuan
kedaulatan tanpa syarat, tanpa ikatan politik dan ekonomi.
6. Konferensi Meja Bundar (KMB), 2 November 1949
KMB
berlangsung tanggal 23 Agustus – 2 November 1949 di Den Haag. Delegasi Belanda
dipimpin Mr. Van Maarseven, delegasi RI diketuai Drs. Moh. Hatta, delegasi BFO
dikeuati Sultan Hamid II dan UNCI diwakili oleh Critchley.
KMB
berjalan cukup a lot karena ada 4 masalah yang dipertentangkan oleh RI dan
Belanda yaitu : Istilah pengakuan kedulatan, masalah KNIL dan TNI, masalah
keuangan dan Irian Barat .
Isi pokok KMB adalah :
1) Belanda mengakui kedaulatan RIS pada bulan Desember
1949
2) Status Irian Barat akan ditunda 1 tahun sesudah
pengakuan kedaulatan.
3) RIS harus membayar semua hutang Belanda sejak tahun
1942.
4) TNI menjadi inti Angkatan Perang RIS (APRIS)
§ Pengakuan Kedaulatan RIS
Negara RIS terdiri atas 16 negara
yaitu RI dan 15 negara boneka. Pada tanggal 15 - 16 Desember 1949 diadakan
Sidang Panitia Pemilihan Nasional (PPN) di Jakarta yang diketuai oleh Mr. Moeh.
Roem.
Keputusannya
adalah :
-
Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden RIS
-
Menunjuk Mr. Asaat menyerahkan sebagai pemangku
jabatan presiden RIS
Tanggal
17 Desember 1949 Ir. Soekarno dilantik menjadi presiden RIS di bangsal Siti
Inggil Keraton Yogyakarta. Keesokan harinya Drs. Moh. Hatta dilantik sebagai
OM. Upacara pengakuan kedaulatan terhadap RIS dilaksanakan pada tanggal 27
Desember 1949 di tempat yang berbeda yaitu :
1)
Amsterdam. Ratu Yuliana, PM
Willem dan Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J.A. Sassen menyerahkan kedaulatan
kepada Drs. Moh. Hatta.
2)
Jakarta. Wakil tinggi
Mohkota Belanda A.H.J. Lovink menyerahkan kepada Sri Sultan HB IX.
3)
Yogyakarta. Mr. Asaat
menyerahkan kepada A Mononutu (Menteri Penerangan RIS).
Dengan
adanya pengakuan kedaulatan tersebut maka secara resmi Belanda mengakui
kemerdekaan dan kedaulatan penuh negara Indonesia di seluruh bekas wilayah
Hindia Belanda (kecuali Irian Barat).
7. Perjuangan
Pembebasan Irian Barat.
a. Perjuangan Diplomasi.
1)
Melaksanakan Perundingan Langsung dengan Belanda.Berdasarkan hasil KMB,
masalah Irian Barat ditunda satu tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS.
Kedudukan Irian Barat akan diselesaikan melalui Perundingan RIS-Belanda.
Berbagai upaya damai telah ditempuh pemerintah dimulai sejak Kabinet
Natsir sampai dengan Kabinet Djuanda. Antara tahun 1950-1953 Indonesia mengajak
Belanda untuk merundingkan status Irian Barat, namun gagal.
Akhirnya tanggal 3 Mei 1956 Indonesia membatalkan hubungan
dengan Belanda berdasarkan perundingan KMB, secara sepihak dengan UU No. 13
Tahun 1956.
2)
Melalui Diplomasi di PBB
Sejak tahun 1953 masalah Irian Barat dimasukkan dalam agenda Sidang Umum
PBB.
3)
Melalui Konferensi Asia Afrika
b. Perjuangan
Ekonomi
1)
Pemogokan buruh secara total di perusahaan-perusahaan Belanda pada
tanggal 22 Desember 1957.
2)
Melarang peredaran film yang berbahasa Belanda.
3)
Pengambilalihan perusahaan-perusahaan Belanda, yang diatur dengan PP No.
23 Tahun 1958.
Perusahaan-perusahaan yang diambil alih adalah :
-
Nederlandsche Handle Maatschappij
NV diubah menjadi Bank Dagang
Negara, bulan Desember 1957.
-
Escompto, 9 Desember 1957.
-
Perusahaan Philips dan KLM, Desember 1957.
-
Percetakan De Unie.
-
Berbagai macam perkebunan dan pertambangan.
4)
Melarang pesawat penerbangan Belanda (KLM) terbang dan mendarat di Indonesia.
c. Perjuangan Bersenjata.
1)
Membentuk Provinsi Irian Barat yang beribukota di Soasio, Tidore.
2)
Membentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat, 10 Februari 1958.
3)
Menngumumkan pemutusan hubungan diplomatic dengan Belanda tanggal 17
Agustus 1960, lewat pidato Presiden yang berjudul “Jalannya Revolusi Kita
Bagaikan Malaikat Turun dari langit (Jarek)”.
4)
Tanggal 19 Desember 1961 mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora) di
Yogyakarta yang isinya:
§ Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan
Belanda kolonial.
§ Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat, tanah air
Indonesia.
§ Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan
kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
5)
Tanggal 2 Januari 1962 membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat
yang dipimpin oleh Mayjend Soeharto. Komando Mandala bermarkas di Makasar.
Tugasnya
adalah:
§ Merencanakan,
mempersiapkan dan menyelenggarakan operasi militer untuk membebaskan Irian
Barat.
§ Mengembangkan
situasi militer di Irian Barat.
Operasi-operasi Militer pembebasan Irian Barat direncanakan melalui 3
tahap yaitu :
-
Tahap Infiltrasi
(akan dilaksanakan sampai akhir 1962)
Operasi ditujukan ke sasaran-sasaran tertentu untuk membentuk daerah
defacto Irian Barat dan mengikutsertakan rakyat Irian Barat dalam perjuangan.
Operasi ini terbagi dalam:
-
Operasi Banteng di Fakfak dan Kaimana
-
Operasi Serigala di Sorong dan Teminabuan
-
Operasi Naga di Merauke
-
Operasi Jatayu di Sorong, Kaimana dan Merauke
Pada
tanggal 15 Januari 1962 terajdi pertempuran di laut Aru antara KRI Macan Tutul,
KRI Harimau dan KRI Macan Kumbang melawan Belanda. Dalam pertempuran tersebut
KRI Macan Tutul tenggelam bersama Komodor Yos Sudarso, Kapten Wiratno dan anak
buahnya.
-
Tahap Eksploitasi
(direncanakan mulai awal tahun 1963)
Dalam
tahap ini akan dilancarkan Operasi Jayawijaya. Tujuannya untuk merebut
markas-markas militer Belanda dan menduduki pos-pos penting. Operasi Jayawijaya
akan dilakukan melalui serangan terbuka secara besar-besaran.1
-
Tahap Konsolidasi
(direncanakan mulai awal tahun 1964)
Bertujuan
menegakkan kekuasaan RI di Irian Barat. Sebelum tahap infiltrasi selesai dan
tahap eksploitasi serta konsolidasi belum dimulai, terjadilah perubahan
situasi. Beberapa negara merasa kawatir bila terjadi perang besar antara
Indonesia-Belanda.
Kemudian
Diplomat Amerika Serikat bernama Ellsworth Bunker mengusulkan suatu rencana
penyelesaian masalah Irian Barat.
Adapun
pokok-pokok Rencana Bunker, Maret 1962 adalah:
- Belanda
menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia
dengan melalui suatu Badan Pemerintahan PBB atau United Nations Temporary
Executive Authority (UNTEA).
- Akan diadakan
Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) Irian Barat secara pemilihan (act of free
choice).
Atas
dasar Rencana Bunker itu, pada tanggal 15 Agustus 1962 Indonesia dan Belanda menandatangani Persetujuan
New York.
Isinya sebagai berikut:
a. Selambat-lambatnya tanggal 1 Oktober 1962, Belanda
menyerahkan Irian Barat kepada UNTEA.
b. Pada tanggal 31 Desember 1962 UNTEA dengan Indonesia
menyerahkan bersama-sama mengatur pemerintahan sementara di Irian Barat.
c. Selambat-lambatnya tanggal 1 Mei 1963, UNTEA
menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia.
Dengan demikian, satu-satunya bendera yang berkibar di Irian Barat adalah
bendera Indonesia.
Sesuai
Presetujuan New York,
maka pada bulan Juli sampai Agustus 1969 diadakan Pepera di Irian Barat.
Hasilnya rakyat menginginkan agar wilayah di ujung Timur Kepulauan Nusantara
itu tetap menjadi bagian dari Negara Kesatuan
RI. Dengan demikian, Republik Indonesia
berhasil mempertahankan keutuhan wilayahnya.
D. Faktor-Faktor yang Memaksa Belanda Keluar dari Indonesia.
Setelah mempelajari
tentang berbagai bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaan baik secara fisik maupun diplomasi dan peranan dunia Internasional
dalam menyelesaikan konflik Indonesia-Belanda, dapat kita ambil kesimpulan
bahwa faktor-faktor yang memaksa Belanda keluar dari Indonesia adalah :
a.
Adanya tekanan dari berbagai negara.
b.
Dibubarkannya Pemerintahan Republik Indonesia Serikat.
c.
Kegagalan diplomasi Belanda.